Sunday, July 31, 2011

Breakfast in Yogya



Kota ini selalu mengingatkanku akan dua lagu.
satu lagunya KLA, satu lagi lagu Ebiet.

..di sini aku dilahirkan... di sini aku dibesarkan.. semangatku... keyakinanku pun terbentuk... masihkah debu jalanan mengiringi langkahku... setiap sudutmu menyimpan...derapku...
yogyakarta...

Yogya memang bukan kota kelahiran atau kebesaran gue, tapi nggak tahu, gue punya interest yang tinggi akan kota yang satu ini.

gudeg, becak, candi, istana, batik, mungkin memang bagian dari daya pikatnya.
gue malah terpikir untuk bikin buku dengan judul "Breakfast in Yogya",
well, someday, why not? (:

selama 4 hari minus di sana bulan juni kemarin, belum cukup puas bagi gue untuk explore. well, may be next time, will be there again.

dan mungkin saat itu gue akan bernyanyi... ala KLA,

...pulang ke kotamu...
ada setangkup haruku dalam rindu..
masih seperti dulu..
setiap sudut menyapaku bersahabat..
penuh selaksa makna...

Kejujuran?

Talking ‘bout kejujuran,…

So, kenapa gue suka banget kumpul sama sohib2 dekat gue, salah satunya adalah, karena kalo kita ngumpul, semua cerita bisa terasa jadi kocak dan ada hikmahnya, dan bukan jadi gossip cetek yang hanya ngejelekin pihak lain. Yang tadinya itu kisah sedih dan tragedy pun bisa kita bahasa dengan rasa humor yang kacau-beliau, dan harusnya nangis, malah kita bisa ngakak2 lho…

Nah, topic kami waktu itu adalah, soal kejujuran.
Topiknya: Ada orang gayanya selangit, kayaknya sih lagi baju baru. Tapi, ya ampun maaak…
Mungkin buat dia ditu gaya, ngikutin trend, tapi… oh tapi… Itu, itu.. itu baju apa horden? Apa.. taplak meja? Kok rumbai2 gak jelas gitu? Wei, ini kan Jakarta, bukan di Hawaii atau di Afrika… hahaha…

Mau gaya sih boleh2 aja jek, tapi jangan terlalu nabrak lari dong. Apa dia memang punya obsesi ingin menjadi trend setter ya? Tapi mbok ya liat2 tempatnya dong nek…

Well, memang bukan urusan kita juga sih komen, kan baju- ya baju dia sendiri, cuman ya kita hanya melaporkan pandangan mata dan tanggapan nurani YANG SEJUJURNYA saja, hahaa.
Nah, gue tahu nih, kalo ada orang yang komen soal horden yang dia pakai itu, eh horden apa taplak tuh ya, hehee, tuh orang pasti nyelekit dan balas nyerang dan bilang: Aalaa, bilang aja loe sirik, dan gak tau fesyen!!!”

Dan kita pasti merasa menyesal telah mengungkapkan kejujuran. Sebenarnya maksud kita hanya ingin bilang, gini, “pliiss, loe lebih cakep dengan baju yang lebih down to earth, sebab loe posturnya gak mendukung.” Tapi kan kalimat terakhir juga kejujuran yang akan mengundang perang, walau sebenarnya kita hanya care. Hahahaha…

Well, well, kejujuran memang menyakitkan.
Anyway gue kagum aja tuh ama Simon Cowell, eks juri Amrik Idol. Sekalipun komen dia sering nyelekit dan bahkan terdengar sotoy dan sok perfect dan banyak yang sakit hati, gue sih tetap kagum ama dia.

Gue bayangin nih ya, kalo dia jadi juri untuk penampilan gue, komen dia akan kira-kira begini:
“Kulit udah item, muka jerawatan, pake baju gelap pula, bener2 merusak fashion!”
Wah, tapi kalo dia bilang gitu, gue akan terima dan akan segera memperbaiki diri gue. Gue percaya deh selera dia. Trus akan segera deh gue cari baju yang lebih soft dan matching di kulit.

Tapi, kalo yang ngomong gitu ke gue adalah orang yang pake taplak meja rumbai2 tadi, hohoho… gue akan bilang gini kale: TALK TO MY HAND, cong! (-;

Nah suatu kali ada beberapa org yg ngegosipin seseorang. Katanya tuh anak pake sepatu dan tas mahal dan kulitnya sekarang penuh perawatan karena sudah ada yang modalin. Wah, gossip nih.
Tapi, suer! Kalo nggak denger gossip itu, gue nggak akan pernah merhatiin anak itu. Nggak sengaja, gue jadi liat emang kulitnya makin mulus dan benar memang makin gaya deh.
Tapi, so what! Maksud gue, apapun yang dia lakukan dengan semua itu kan urusan dia, ngapain gue ikutan ngegosip. Toh memang dia keliatan keren dan penampilannya enak dilihat, so kenapa harus diomongin kesannya itu jelek? Justru kalo lihat ada improvement seperti itu, kita harus bisa ambil hikmah bahwa kita juga bisa terinspirasi untuk mempercantik diri dan merawat kulit (walau dengan cara yg halal ya). Nah, pas gue jawab begitu, gue malah jadi dianggap aneh dan disagree sama para gossiper tsb.

Well, pas gue inget2, ternyata org2 yg ngegosipin dia ini memang… well, tidak sebagus anak itulah, baik dari segi postur dan penampilan dan ‘having’nya. Pantes aja sirik, weleh weleh.

Kalo gue sih mendingan gue liat pemandangan bagus, keren dan mulus gitu karena enak dilihat daripada orang pake horden rumbai2 merusak pemandangan hahahaaaaaaaa. Selera memang subjektif ya. Tapi gue kan nggak berani nembak para gossiper itu kalau SEJUJURNYA mereka hanya sirik, hahahaha, bisa remuk-redam gue dikeroyok, hahaha…

Masih ada beberapa bentuk kejujuran lain yang kami bahas, dan jika kita langsung mengungkapkannya memang bisa jadi masalah. Kejujuran memang tak harus diungkapkan kali yaaa… what an ironic life.

Jadi ingat tokoh Brennan di serial tv BONES, sang ilmuwan hebat ahli tulang yang yang selalu to the point dan jujur kalo ngomong, jadinya bikin orang sakit hati dan menjauh kalo nggak kuat padahal maksud dia baik kok. Tapi dia hatinya emang jadi tenang karena tidak mendua hati alias munaroooohhhhhhh…

Lalu pembicaraan itu kami tutup dengan satu kesimpulan,
Ngapain sih kita ngomongin orang, biarin aja mereka berbuat sesuka hatinya, yang jelas kita bahagia, apapun yang orang lakukan, kita tak perlu merasa sirik sama orang yang kurang bahagia. Sebab orang yang sirik dan suka ngegosipin orang biasanya adalah orang yang tidak bisa jujur dengan dirinya dan tidak bahagia dengan apa yang dimilikinya.

Setuju?

Wednesday, July 6, 2011

MASKER


Awalnya, gue nggak betah banget pake masker.

Kalau bukan karena pilek atau naik bus umum, gue merasa nggak perlu pakai masker, karena sangat mengganggu pernafasan dan keleluasaan pandangan mata, hehehe…

Tapi sekarang, gue memakainya hampir tiap hari.
Bukan karena ingin menutupi hidung gue yang agak mancung ini, hehehe, tapi karena alas an lain.

So, the reason I wear this mask currently, because I’m sick of that smell.
Daripada gue komplain terus karena tersiksa oleh bau minyak “sinyongyong”, mendingan gue cover hidung gue sendiri. Iya nggak seeeh?

Well, mungkin memang begitulah analogi yang pas untuk hidup ini. Kita tak bisa mengubah orang lain, tak bisa mengubah system atau mengubah dunia, tapi kita hanya bisa mengubah diri kita, paradigma dan pola pikir serta cara kerja/tindak-tanduk dan strategi kita.

So, now, further, I wear this mask, again, not only because of that smell any more. But, because I wanna cover my face, cover my lips and my expression, my sickness of the sucks! I don’t wanna show my real intention... The sucks is not the smell, actually. But, the person!
I can take the smell, but not the person! Thats the point.
So, I wear this mask to cover my feeling which can be shown by my face.
This is it, in Japanese, called tatemae. Mask. Masker, menjadi wujud konkrit tatemae.

Memang tidak nyaman. Tetap tidak nyaman pake masker!
Begitupun hidup. Terkadang kita harus siap tidak nyaman demi mengurangi ketidaknyamanan akan sesuatu hal. Untuk menghindari ketidaknyamanan level tinggi, kita hadapi ketidaknyaman level menengah.

Begitulah, hidup ini memang tak selalu nyaman.
Kita hanya berusaha menyamankan diri dan mencari cara-cara terbaik dari yang terburuk.

But still, I hate that smell.
Entah sampai kapan.
Gosh!
Sucks!

Sunday, July 3, 2011

Mimpi...di... Angkasa...













Mimpi itu...
Kali ini...
terlihat lebih nyata.
I saw the place...
feels so real.

Maybe, that’s because I saw the plane in the airport last week. Sejuta kenangan itu menghinggapi lagi. Sesuatu yang dulu kau lepaskan bukan karena keinginan, tapi karena keadaan, masih ingin kau rengkuh kembali, karena perpisahan yang dulu, bukan hal yang kau inginkan,..

Betapa inginnya aku kembali. Melayang di atas angkasa. Memandang awan putih, menatap langit biru, melepaskan gravitasi, mengitar pandang ke dunia di bawah sana, sejenak melupakan penat, dan tertidur lelap di antara lapisan ozon…

Ini bukan kisah cinta romansa sesama insan manusia.
Ini adalah romansa terhadap benda mati yang jadi impianku sejak kecil. Sudah pernah kumiliki dan harus kulepas, tapi kenanganku bersama'nya' adalah romantika yang seolah tak pernah berakhir. Sejuta harapan masih menggebu dan tersimpan rapi dalam hati.

Willingly, I'll be yours again?
Akankah aku menjadi bagian dari dirimu lagi?

Hari ini aku meminta bantuan google untuk mengetahui keadaan'nya'.
And I dial wrong number found in the web.

Inikah yang disebut ragu? Galau? insecure?
Ibarat sekian lama kau tak bertemu dengan seseorang, lose contact, dan ketika kau mencoba contact lagi, kau merasakan dorongan yang tertahan dengan susah payah oleh alasan-alasan yang bahkan tidak kau mengerti?

I've been travelled, not round the world yet, but until now, I realize, I believe, I still hold on to you.

Do you feel the same too?
Will you fly me again, for the rest of my life?
Or shoould I stay here with my current one way ticket condition?

i dont know.
i dont know.
i just dont know.