Thursday, December 22, 2011

Doaku untukmu...

“WIPER BAGI KALBU”

Berkabut…

Bagaikan kaca mobil di kala hujan. Kau butuh wiper. Membersihkan. Kabut. Awan. Embun. Apapun namanya, yang menghalangi pemandangan. Sebab jika dibiarkan, bisa membahayakan penglihatan. Perjalanan masih panjang. Bahaya mengintip. Mata harus tetap awas. Penglihatan harus tetap jelas. Pandangan, visi, harus tetap jelas.
Visi… hffff… kau mengeluh. Benarkah ini soal visi? Kau bertanya.

Kau bilang, merasa beberapa tahun ini agak berkabut. Ya. Mungkin itulah diksi paling tepat. Berkabut. Banyak yang mengotori kaca ‘mobil’mu. Debu. Embun. Kotoran.
Dan berkabut menjadi sesuatu yang tidak nyaman. Mungkin itu sebabnya kau merasa gelisah. Galau. Ya, galau. Kau sebut demikian. Kau juga merasa kering. Sesuatu dalam jiwa serasa berkurang. Damai, mungkin? Kau bertanya, mungkinkah itu karena rasa galau atau kuatir tadi telah menggeser sebagian (besar) posisi ‘damai’ dalam hati?
Kau mencoba menelusuri. Apa itu yang mencuri damai hatimu. Dunia. Yeah rite! Apa lagi! Tapi aku bukan manusia matre, debatmu. Tentu. Semua manusia matre, hanya kadarnya yang berbeda, akuimu malu-malu kemudian. Mungkinkah kadar matre-ku makin bertambah? Kau bertanya. Aku tak tahu. Kau merasa terlalu sering memikirkan materi sekarang. Kenapa? Aku balik bertanya. Kau merenung.

…I’ll be home for Christmas…
Entah kenapa lagu itu membuatmu tertohok. Home. For Christmas.
Home. Home? Kau merasa sedang ‘jauh’, atau tersesat?

Kenapa greget itu kurang terasa? Kau bertanya. Tahun-tahun berlalu begitu saja. Kau kering. Kau sebut dirimu gersang. Apa yang salah? Kurang cairan? Nutrisi?
Di mana semangat itu? Semarak itu? Kau mencari-cari. Ingatanmu kembali ke tahun-tahun dulu dimana bulan ini adalah pesta rohani bagimu. Ya. Rohani. Bukan sekedar jasmani. Sebab itu hanya berlalu begitu saja. Ibarat sebotol champagne mahal akan terlupakan ketika terbuang di jamban esok paginya.
Di mana pesta itu?

Aku tersenyum. Kau tak pernah datang lagi. Jawabku. Apakah kau tidak diundang? Kau tak mendebat. Mungkin kau terlalu sibuk? Atau kau datang ke pesta yang lain?
Pesta yang lain. Kau sebutkan beberapa menu. Wow, aku menahan air liur. Kau sebutkan beberapa nama. Oh, aku minder. Tapi kau menepis tangan. Itu semua palsu. Katamu. Buktinya kau tetap kering dan makin gersang.

Kau menyebutkan lagi beberapa kata sandang. Lingkungan baru-mu beberapa tahun belakangan ini. Oooh, aku melongo. Mereka semua terdengar seolah mmmm… golongan yang kau tidak sukai, tapi tak bisa kau hindari. Apakah mereka sungguh kaya? Dengan lugu aku bertanya. Kau menggeleng. Sangat miskin, sebenarnya, jawabmu. Ssst, tapi sok kaya!

Aku terhenyak. Lalu? Ya ya, aku mencoba memahami. Banyak orang merasa ingin terlihat kaya walau sebenarnya mereka tak benar-benar memiliki. Aku tak mengerti, tapi kau tetap menjelaskan. Mereka ini, memiliki sesuatu yang tidak riil, kau bilang. Apa pula itu? Harta mereka bersifat maya? Aku terdengar makin bodoh.

You’re dam rite! Kau berseru. Maksudmu? Aku bertanya lagi. Apa iya ada kekayaan yang maya? Maksudmu virtual, atau seperti main saham? Tanyaku. Kau menggeleng. Matamu kelam. Aku malu untuk jujur, katamu. Aku merasa sudah seperti mereka.

Gantian aku yang merasa kelam. Mungkinkah kau mengikuti cara hidup mereka? Sebab kulihat belakangan ini kau tampil semakin wah. Tidak, aku tak berani menuduhmu buruk. Kau adalah orang paling jujur dan tulus yang pernah kukenal. Tak salah jika kau bisa terlihat lebih menawan.

Aku letih, bisikmu. Aku merasa terlalu berkabut. Tidak apa-apa, jawabku. Kabut bisa dibersihkan dengan wiper. Kau menggeleng. Kau tunjukkan semua yang kau kenakan. Semuanya takkan mampu dibeli dengan gaji pegawai biasa. Aku tak betah, akuimu. Ah kau salah kali, sahutku. Kau terlihat nyaman dan makin keren dengan semua itu. Benar, jawabmu. Tapi ini adalah tampilan luar. Artificial. Lalu, kenapa kau mengenakannya walau kau tak betah?

Kau sebut lagi nama-nama itu. Aku menganga. Whaaaat??? Untuk apa kau harus ‘berjejer’ dengan mereka? Kau menggeleng. Aku tak suka mereka, tapi aku tak bisa memutuskan relasi dengan mereka. Jawabmu singkat.Aku mengerti. Banyak relasi dalam hidup ini yang tak kita inginkan tapi harus tetap kita jaga. Walau resikonya, banyak hal mesti kita korbankan. Dan kau menyesalinya.

Sesuatu yang dulu sangat kukagumi padamu adalah kesederhanaanmu. Banyak orang tampil lebih dari yang seharusnya. Kelasnya mestinya hanya level C, tapi penampilannya level A. Banyak orang ingin terlihat hebat, butuh pujian dan pengakuan, walau semua itu artificial. Kau adalah kebalikannya. Kesederhanaanmu, yang bersahaja. Ibarat jika kau punya pesawat, kau tetap mau naik becak. Tapi orang lebih suka terlihat seolah memiliki pesawat walaupun hanya punya becak dan becaknya pun hanya pinjaman. Kau tidak seperti itu. Dan itu adalah sesuatu yang kini mulai kau rindukan.
Kau rindu kembali pada jati dirimu yang sesungguhnya, yang apa adanya. Terlalu banyak topeng sungguh membuat hidup ini terasa berat bukan? Sebegitu beratnyakah berani menjadi diri sendiri?

Ah, kau sangat letih. Harus bagaimana menolongmu. Kau perlu bantuan. Emergency.
Wiper. Kau butuh wiper. Sebagai kado natal. Wiper bagi jiwa. Kemana kau harus mencarinya? Aku tersenyum. Merasakan hal yang sama. Aku juga butuh wiper. Mungkin yang lebih besar, kuat dan tebal. Who knows masalah kita lebih besar daripada orang lain? Kemana lagi kita harus mencari wiper? Mesin pembersih kalbu dari segala kabut galau? Kepada siapa kita harus tetap teguh menegakkan visi? Kepada siapa lagi? Adakah duanya?

Dan kau. Kau. Kau juga. Apa yang kau perlukan di natal ini? Kado apa yang kau inginkan?

(…Hanya karena kasihNya..hanya karena kehendakNya..kita masih bertemu matahari…...yang terbaik hanyalah segeralah bersyukur..mumpung kita masih diberi waktu…#EbietGAde)
Semoga natalmu cerah, bersih dari segala kabut, hingga visimu tetap jelas, menuju tahun yang baru …

Itu doaku. Untukmu. Untukku juga.

=18dec11=

Risoles dan Resolusi 2012

“Apa Hubungan RESOLUSI 2012 gue dengan RISOLES?”

Yeah rite!

Itulah yang akan gue bilang jika ada yang bertanya soal resolusi 2012. Kenape ‘yeah rite’?

Well, gini… Tahun lalu gue sangat convincing punya resolusi, dan itu berhasil banget, yaitu: Menemukan semua rasa baru MAGNUM es krim walls. Mission accomplished booo! Gimana enggak, resolusinya gampil gitu!

Nah, tahun depan ini, gue belum ada clue. Resolusi apa ya kira-kira? Kayaknya bukan kuliner lagi deh. Ternyata punya resolusi yang well accomplished malah bikin jadi nggak tertantang lagi bikin yang baru yak?

Ah ya… gue mau cerita dikit. Jadi beberapa waktu lalu, gue ketemu dengan seseorang. Someone stranger yang ketemu dalam urusan bisnis. Dia mirip Nicolas Cage. Bukan, bukan Nicholas Saputra. Dia tidak tampan kok. Tak ada yang istimewa sih. Yang bikin gue teringat sama dia hanya karena satu hal ini.
Dia mengucapkan sesuatu yang gue rasa bagus banget. Ketika membahas soal kepribadian, dia mengucapkan hal ini (sebenarnya bukan ke gue) : Jangan biarkan energy negative menguras dirimu, katanya.

Menguras. Yeah. Ibarat bak kalo dikuras kan dikeringin sampe kerontang tuh. Nggak kepikir tuh gue kalo energy negative itu bisa segitu jahatnya. Pas denger pembahasan lagi, makin jelas maksudnya. Misalnya, rasa kesal, marah, iri, dendam, kecewa, frustasi, itu semua perasaan negative yang menguras energy. Nah, itu yang dia maksud.
So, maksudnya, if someone messed up with you, just let it go. Jangan disimpan-simpan. Lupain aja. Lepasin aja. Teruskan hidupmu. Sebab ngedumel, dongkol, kesal, dan sampai dendam, itu akan merusak dirimu sendiri.
Hei! Pernah merasa begitu lelah dalam hidup ini? Begitu drained? Frustrated? Exhausted? Fatigued?

Nah, yang paling sering mengakibatkan itu adalah energi negative tadi. Kalau hanya lelah fisik, dengan tidur agak lamaan, minum vitamin dan makan bergizi, akan segera pulih. Tapi lelah secara emosional? Wait! Dengan cuti atau liburan atau hiburan pun belum tentu pulih kan?

Kenali penyebabnya! (kok kayak iklan2 ya? Hehehe…)
Memang tidak mudah. Masa iya kita bisa langsung senyum dan lupa pas habis orang nampar kita, trus kita melanjutkan hidup kita seolah tak pernah ditampar? Padahal mungkin masih ada bekas gambar tanganmu (lagu betharia sonata banget!)? Iya nggaaaaak siiihh?

Masa iya kita bisa langsung ketawa-ketiwi chatting dengan teman begitu keluar dari ATM yang menelan kartu ATM kita? Kita bilang gini di chat: “eh tau gak, kartu atm gue ketelan, gue gak punya duit nih. Ntar gue jalan kaki aja pulang ke rumah. Santai aja. Rumah gue di tanjung priuk dan gue sekarang di depok. Paling semalaman jalan kaki kan lumayan tuh olahraga.” Apa kita nggak dibilang agak crazy tuh?

Apa iya normal, misalnya, loe bisa langsung makan dengan lahap ketika seseorang di kantin nabrak elo dan kuah bakso panas dia membakar muka elo yang baru habis perawatan di klinik mahal, trus sambalnya kena ke tas LV mahal loe? Let it go? Lupain aja? Teruskan hidup? Teruskan makan? Apa semudah itu? Gue curiga, loe akan maki-maki tuh orang dan minimal minta ganti rugi, bener gak? Bener gak?
Hallah. Emangnya kita robot. Tanpa perasaan. Bisa gitu aja lupain masalah dan melanjutkan hidup?
(eeehh kenape sih loe begitu sinis…?)

Idih. Beberapa waktu lalu gue sempet kesel ama orang nih. Lha… Kok gue jadi curhat? Yee biarin aja yak… blog gue ini, hehee…
Gue udah maafin nih orang, sebenarnya. Gue tahu memang latar belakangnya agak kurang bahagia. Jadi dia memang hobi sirik dan berusaha menghancurkan semua orang yang dia tidak sukai. Rasa tidak ingin disaingi, sangat dominan pada kepribadiannya. Somehow, gue sempat merasa nih orang cocoknya tinggal di bawah tempurung aja karena selain posturnya memang cocok, sifatnya juga pas. Nih orang takkan segan-segan mengeluarkan energy sebesar apapun hanya untuk mencari tahu keburukan orang lain dan bagaimana caranya dia bisa mengeksposnya untuk menghancurkannya. Sepertinya dia ada sindrom (kelainan jiwa kaleee yee), yaitu: bisa merasa bahagia jika berhasil membuat orang lain tidak bahagia.

Dulu, ngeliat mukanya aja, bahkan denger namanya aja, sempet bikin gue eneg. Itu ungkapan hati gue yang sejujurnya. Maaf kalau gue terlalu jujur. Gue hanya ingin mengungkapkan isi hati gue. (Gue harap kalau dia baca blog gue ini – dan gue yakin dia akan baca sebab dia sangat penasaran ngulik2 keadaan ‘korban2’nya – dia sadar kalo dialah yang gue maksud, dengan begitu misi gue untuk mengungkapkannya secara to the point ke dia pun berhasillah sudah hehehe).

Sebab, gue sudah berusaha menjalankan nasihat si Nicolas Cage KW1 tadi. Let it go, lupain aja. Tapi sejujurnya dalam hati gue, masih ada rasa eneg itu juga rasa bertanya-tanya: why do you hate me so sweet and tenderly, eh salah. Why do you hate me so deep and strongly? apa salah gue? (udah kayak sinetron deh)

Gue yakin energy dia habis banget tuh buat nyirikin dan update status gue serta ngegosipin gue dan mencari cara-cara untuk menjatuhkan gue. Mungkin dia juga pernah membuat strategic planning untuk mencari-cari kesalahan gue dan mungkin dia begadang. So tired deh loe. Habis nggak sih energy dia mendendam dan membenci gue segitunya, walau sebenarnya gue tuh nggak ada urusan ama dia!

Oke oke. Mungkin memang ada. Jadi gini. Gue nggak terlalu suka basa-basi ya sama orang yang nggak cocok ama gue... Daripada gue bohong atau menjilat, gue lebih suka diam atau menarik diri. Nah, gue memang nggak 'nyaman' ama dia bo. Bukan bermaksud sok eksklusif, gue merasa nggak cocok aja bergaul ama dia, so gue nggak mau jalan dong ama dia bo. Daripada bergaul ama orang negative, gue merasa lebih baik menarik diri, menggunakan me time, baca buku, main bb atau buka2 internet. Nah, mungkin dia tersinggung ya. Secara mungkin dia pengen banget gaul ama gue tapi dia ngerasa gue melepeh dia dan dia dendam kesumat. Remponglah bo… hahhahaa...

Well, mestinya dia sadar dong, siapa sih yang suka bergaul ama dia? Coba. Kalo mau jujur, orang2 yang deket ama dia selama ini, apa dia nggak tahu, mereka semua ngomong buruk tentang dia di belakang dia, dan dia tahu kok, tapi dia menikmati tetap bersama mereka dalam kepalsuan dan basa-basi-busuk itu? Oh no, not me. Sori sori sori jek… (-:

Dan yang paling bikin gue nggak betah ama dia ya, dia juga selalu membicarakan keburukan orang lain. Siapa coba yang sudi gaul ama orang kayak gitu? Jadi bukan gue dong bo, yang sombong dan melepeh hubungan, gue kan hanya ingin tetap berada dalam medan magnet positif, sebab kata nenek, PERGAULAN YANG BURUK BISA MERUSAK LOE. Tul, kan, jek? Bergaul ama orang baik, akan mempengaruhi loe jadi baik, bergaul ama orang cetek, bisa bikin loe tenggelam walau kolamnya cetek (jaka sembung bawa golok hehehe).

Yeah. Tentu saja gue beraninya Cuma lewat blog ini bo. Soalnya kalo gue berhadapan ama dia, bisa melenting gue, kalah bobot, hahaha… lagian nggak level juga kale berantem ama penggemar loe, penggemar sirik yang tak mampu, hahaha…
Begitulah. (apanya yang begitu? Ini kan tadi ngebahas soal resolusi kok jadi ngomongin ketek, eh cetek?)

Yaaaahhh… kembali ke Nicolas Cage. Gue pernah merasa so emotionally drained. Belum lama. Dan itu merembet menjadi bad health. Istirahat sekian lama ternyata memang bukan obatnya. Kembali ke nasihat tadi, memang pada akhirnya kita harus bisa membuang energy negative itu. Tidak mudah. Tidak cepat. Tak instan. Tapi kita bisa melatih diri. Practice makes perfect.

Sejujurnya gue masih ada rasa eneg membayangkan si cetek tadi, tapi paling tidak karena energy negatifnya sudah gue coba erase dan delete berkali-kali, kalau gue ketemu dia lagi, bayangkan, dan tebaklah apa yang akan gue lakukan? Coba, tebak!
--> Gue akan menampar dia? (No.)
--> Gue akan numpahin air panas ke mukanya? (Nehi.)
--> Gue akan maki-maki dia dan bilang gini: hei, urus aja diri loe sendiri ya, daripada sibuk nyirikin orang, mendingan loe benahi diri loe sendiri ye, bersaing dgn karya dong, jangan menusuk dari belakang, ngaca dong, ngacaaa… (Tidak.)
--> Gue akan bawain dia makanan. Gue akan traktir dia makan makanan kesukaannya. Sepertinya dia suka risoles.(Yes.)

Hihihi… Itulah resolusi gue tahun depan. Bukan hanya kepada satu orang. Itu tadi hanya contoh kasus. Sebab gue bersyukur, gue belajar sesuatu dari pengalaman bersama dia. Kasihan, hidupnya sebegitu tidak bahagia, perlu sedikit sentuhan kasih sayang dan perhatian, dengan sepotong atau dua potong risoles mungkin sebuah langkah awal yang bagus.

(Well, I know its not gonna be easy, tertama kalau gue ingat betapa jahatnya dia ama gue. oh ternyata agak susah ya utk bener2 meng-erase kejadian itu dari memori gue, untung gue bisa menjadikannya lelucon, hahahhaaaaaaaaaaaaaa…)

To forget, maybe hard, but to forgive, is a must.
Itulah risolesi 2012 gue.

Eh salah... Resolusi. Kok risoles-i, hehehe.

Hei, Nicolas cage kw1, loe pasti bangga ama gue deh, gue udah jalanin saran loe. Tapi sori ya, gue menolak yang loe tawarkan, loe pasti bisa let it go and continue your life as usual, kan?

hahaha…

Happy new year 2012, All.

Semangat!

-=-

Risoles dan Resolusi 2012

“Apa Hubungan RESOLUSI 2012 gue dengan RISOLES?”

Yeah rite!

Itulah yang akan gue bilang jika ada yang bertanya soal resolusi 2012. Kenape ‘yeah rite’?

Well, gini… Tahun lalu gue sangat convincing punya resolusi, dan itu berhasil banget, yaitu: Menemukan semua rasa baru MAGNUM es krim walls. Mission accomplished booo! Gimana enggak, resolusinya gampil gitu!

Nah, tahun depan ini, gue belum ada clue. Resolusi apa ya kira-kira? Kayaknya bukan kuliner lagi deh. Ternyata punya resolusi yang well accomplished malah bikin jadi nggak tertantang lagi bikin yang baru yak?

Ah ya… gue mau cerita dikit. Jadi beberapa waktu lalu, gue ketemu dengan seseorang. Someone stranger yang ketemu dalam urusan bisnis. Dia mirip Nicolas Cage. Bukan, bukan Nicholas Saputra. Dia tidak tampan kok. Tak ada yang istimewa sih. Yang bikin gue teringat sama dia hanya karena satu hal ini.
Dia mengucapkan sesuatu yang gue rasa bagus banget. Ketika membahas soal kepribadian, dia mengucapkan hal ini (sebenarnya bukan ke gue) : Jangan biarkan energy negative menguras dirimu, katanya.

Menguras. Yeah. Ibarat bak kalo dikuras kan dikeringin sampe kerontang tuh. Nggak kepikir tuh gue kalo energy negative itu bisa segitu jahatnya. Pas denger pembahasan lagi, makin jelas maksudnya. Misalnya, rasa kesal, marah, iri, dendam, kecewa, frustasi, itu semua perasaan negative yang menguras energy. Nah, itu yang dia maksud.
So, maksudnya, if someone messed up with you, just let it go. Jangan disimpan-simpan. Lupain aja. Lepasin aja. Teruskan hidupmu. Sebab ngedumel, dongkol, kesal, dan sampai dendam, itu akan merusak dirimu sendiri.
Hei! Pernah merasa begitu lelah dalam hidup ini? Begitu drained? Frustrated? Exhausted? Fatigued?

Nah, yang paling sering mengakibatkan itu adalah energi negative tadi. Kalau hanya lelah fisik, dengan tidur agak lamaan, minum vitamin dan makan bergizi, akan segera pulih. Tapi lelah secara emosional? Wait! Dengan cuti atau liburan atau hiburan pun belum tentu pulih kan?

Kenali penyebabnya! (kok kayak iklan2 ya? Hehehe…)
Memang tidak mudah. Masa iya kita bisa langsung senyum dan lupa pas habis orang nampar kita, trus kita melanjutkan hidup kita seolah tak pernah ditampar? Padahal mungkin masih ada bekas gambar tanganmu (lagu betharia sonata banget!)? Iya nggaaaaak siiihh?

Masa iya kita bisa langsung ketawa-ketiwi chatting dengan teman begitu keluar dari ATM yang menelan kartu ATM kita? Kita bilang gini di chat: “eh tau gak, kartu atm gue ketelan, gue gak punya duit nih. Ntar gue jalan kaki aja pulang ke rumah. Santai aja. Rumah gue di tanjung priuk dan gue sekarang di depok. Paling semalaman jalan kaki kan lumayan tuh olahraga.” Apa kita nggak dibilang agak crazy tuh?
Apa iya normal, misalnya, loe bisa langsung makan dengan lahap ketika seseorang di kantin nabrak elo dan kuah bakso panas dia membakar muka elo yang baru habis perawatan di klinik mahal, trus sambalnya kena ke tas LV mahal loe? Let it go? Lupain aja? Teruskan hidup? Teruskan makan? Apa semudah itu? Gue curiga, loe akan maki-maki tuh orang dan minimal minta ganti rugi, bener gak? Bener gak?
Hallah. Emangnya kita robot. Tanpa perasaan. Bisa gitu aja lupain masalah dan melanjutkan hidup?
(kenape sih loe begitu sinis…?)

Idih. Beberapa waktu lalu gue sempet kesel ama orang nih. Lha… Kok gue jadi curhat? Yee biarin aja yak… blog gue ini, hehee…
Gue udah maafin nih orang, sebenarnya. Gue tahu memang latar belakangnya agak kurang bahagia. Jadi dia memang hobi sirik dan berusaha menghancurkan semua orang yang dia tidak sukai. Rasa tidak ingin disaingi, sangat dominan pada kepribadiannya. Somehow, gue sempat merasa nih orang cocoknya tinggal di bawah tempurung aja karena selain posturnya memang cocok, sifatnya juga pas. Nih orang takkan segan-segan mengeluarkan energy sebesar apapun hanya untuk mencari tahu keburukan orang lain dan bagaimana caranya dia bisa mengeksposnya untuk menghancurkannya. Sepertinya dia ada sindrom (kelainan jiwa kaleee yee), yaitu: bisa merasa bahagia jika berhasil membuat orang lain tidak bahagia.

Dulu, ngeliat mukanya aja, bahkan denger namanya aja, sempet bikin gue eneg. Itu ungkapan hati gue yang sejujurnya. Maaf kalau gue terlalu jujur. Gue hanya ingin mengungkapkan isi hati gue. (Gue harap kalau dia baca blog gue ini – dan gue yakin dia akan baca sebab dia sangat penasaran ngulik2 keadaan ‘korban2’nya – dia sadar kalo dialah yang gue maksud, dengan begitu misi gue untuk mengungkapkannya secara to the point ke dia pun berhasillah sudah hehehe). Sebab, gue sudah berusaha menjalankan nasihat si Nicolas Cage KW1 tadi. Let it go, lupain aja. Tapi sejujurnya dalam hati gue, masih ada rasa eneg itu juga rasa bertanya-tanya: why do you hate me so sweet and tenderly, eh salah. Why do you hate me so deep and strongly?

Gue yakin energy dia habis banget tuh buat nyirikin dan update status gue serta ngegosipin gue dan mencari cara-cara untuk menjatuhkan gue. Mungkin dia juga pernah membuat strategic planning untuk mencari-cari kesalahan gue dan mungkin dia begadang. So tired deh loe. Habis nggak sih energy dia mendendam dan membenci gue segitunya, walau sebenarnya gue tuh nggak ada urusan ama dia!

Oke oke. Mungkin memang ada. Jadi gini. Gue nggak terlalu suka basa-basi ya. Daripada gue bohong atau menjilat, gue lebih suka diam atau menarik diri. Nah, gue memang nggak suka ama dia bo. Bukan bermaksud sok eksklusif, gue merasa nggak cocok aja bergaul ama dia, so gue nggak jalan dong ama dia bo. Daripada bergaul ama orang negative, gue merasa lebih baik baca buku, main bb atau buka2 internet. Nah, mungkin dia tersinggung ya. Secara mungkin dia pengen banget gaul ama gue tapi dia ngerasa gue melepeh dia dan dia dendam kesumat. Remponglah bo… hahhahaa...

Well, mestinya dia sadar dong, siapa sih yang suka bergaul ama dia? Coba. Kalo mau jujur, orang2 yang deket ama dia selama ini, apa dia nggak tahu, mereka semua ngomong buruk tentang dia di belakang dia, dan dia tahu kok, tapi dia menikmati tetap bersama mereka dalam kepalsuan dan basa-basi-busuk itu? Oh no, not me. Sori sori sori jek…
Dan yang paling bikin gue nggak betah ama dia ya, dia juga selalu membicarakan keburukan orang lain. Siapa coba yang sudi gaul ama orang kayak gitu? Jadi bukan gue dong bo, yang sombong dan melepeh hubungan, gue kan hanya ingin tetap berada dalam medan magnet positif, sebab kata nenek, PERGAULAN YANG BURUK BISA MERUSAK LOE. Tul, kan, jek? Bergaul ama orang baik, akan mempengaruhi loe jadi baik, bergaul ama orang cetek, bisa bikin loe tenggelam walau kolamnya cetek (jaka sembung bawa golok hehehe).

Yeah. Tentu saja gue beraninya Cuma lewat blog ini bo. Soalnya kalo gue berhadapan ama dia, bisa melenting gue, kalah bobot, hahaha… lagian nggak level juga kale berantem ama penggemar loe, penggemar sirik yang tak mampu, hahaha…
Begitulah. (apanya yang begitu? Ini kan tadi ngebahas soal resolusi kok jadi ngomongin ketek, eh cetek?)

Yaaaahhh… kembali ke Nicolas Cage. Gue pernah merasa so emotionally drained. Belum lama. Dan itu merembet menjadi bad health. Istirahat sekian lama ternyata memang bukan obatnya. Kembali ke nasihat tadi, memang pada akhirnya kita harus bisa membuang energy negative itu. Tidak mudah. Tidak cepat. Tak instan. Tapi kita bisa melatih diri. Practice makes perfect.

Sejujurnya gue masih ada rasa eneg membayangkan si cetek tadi, tapi paling tidak karena energy negatifnya sudah gue coba erase dan delete berkali-kali, kalau gue ketemu dia lagi, bayangkan, dan tebaklah apa yang akan gue lakukan? Coba, tebak!
--> Gue akan menampar dia? (No.)
--> Gue akan numpahin air panas ke mukanya? (Nehi.)
--> Gue akan maki-maki dia dan bilang gini: hei, urus aja diri loe sendiri ya, daripada sibuk nyirikin orang, mendingan loe benahi diri loe sendiri ye, bersaing dgn karya dong, jangan menusuk dari belakang, ngaca dong, ngacaaa… (Tidak.)
--> Gue akan bawain dia makanan. Sepertinya dia suka risoles.
Gue akan traktir dia makan risoles kesukaannya. (Yes.)

Hihihi… Itulah resolusi gue tahun depan. Bukan hanya kepada satu orang. Itu tadi hanya contoh kasus. Sebab gue bersyukur, gue belajar sesuatu dari pengalaman bersama dia. Kasihan, hidupnya sebegitu tidak bahagia, perlu sedikit sentuhan kasih sayang dan perhatian, dengan sepotong atau dua potong risoles mungkin sebuah langkah awal yang bagus.
(Well, I know its not gonna be easy, tertama kalau gue ingat betapa jahatnya dia ama gue. oh ternyata gue blm bisa bener2 meng-erase nya dari memori gue, hahahhaaaaaaaaaaaaaa…)
Itulah risolesi 2012 gue. Eh salah. Resolusi. Kok risoles-i, hehehe.
Hei, Nicolas cage kw1, loe pasti bangga ama gue deh, gue udah jalanin saran loe. Tapi sori ya, gue menolak yang loe tawarkan, loe pasti bisa let it go and continue your life as usual, kan?

hahaha…
-=-

Yang tak pernah berhenti...

tiap kali aku berkumpul dengan mereka ini, aku tahu aku akan merindukan masa lalu, dan bersyukur akan masa kecilku. Bau masakan khas dan semerbak aroma penggugah selera itu, bukanlah urutan pertama yang kusyukuri, walau itu termasuk dari bagian yang tersimpan di memori hingga katam.
Aku melihat masa lalu dan masa depan di dalam wajah mereka. Tak ada yang berubah secara fundamental. Ibarat whiskey dan tuak, tertata berderet di meja makan, tanpa kenal kelas. Kacang tojin dan pistachio juga berada dalam toples Kristal yang sama jenisnya.
Mereka tak pernah lupa siapa mereka sebelumnya. They never forget where they came here from. Tak pernah kehilangan identitas diri yang otentik walau mereka berada dalam kompleksitas dunia yang bergolak dengan segala perubahannya yang tak henti.
Ibarat tuak dalam gelas Kristal, dengan rasa dan aroma yang sama, hanya dalam kemasan yang lebih up to date.
Tapi tuak dan whiskey tak pernah membuat mereka lupa diri. Ada banyak batas dalam hidup ini yang harus kita patuhi. Menabrak segala aral adalah semangat milik jiwa petarung masa lalu seorang anak muda yang puber pertama. Usia bertambah mestinya semakin bijaksana, sebab tidak selalu kita minum whiskey karena kita menyukainya.
Aku belajar hal itu dari mereka. Sejauh apapun mereka terbang melihat kilau dunia, rumah adalah sarang yang memanggil pulang dan pasti selamanya akan jadi pusat perjalanan kehidupan. Rumah dengan lantai pualam mengalasi kursi rotan yang semakin buram mencoba melawan usia warna buatan.
Bersama mereka, aku rindu masa lalu. Ketika dunia hanya selebar langit biru di atas atap rumah berloteng kecil, tempat aku menaruh mimpiku yang terlalu dangkal. Di sana aku sering bermimpi. Terbang melintasi duniaku. Melayang dengan ringan di atas awan. Dan lalu aku terbangun di atas bantal berisikan kapas. Mimpiku singkat. Tapi aku tak pernah kapok. Banyak bermimpi bukan dosa. Bukan?
Dan bantal kapas itu kurindukan. Ketika mereka merengkuh bantal bulu angsa, kutahu mereka juga tak lupa bantal kapas itu. Tak banyak isi masa lalu bisa dibawa serta ke masa kini. Mungkin itu sebabnya orang sering merindukan masa lalu.
Aku tahu mereka juga rindu. Rindu sesuatu yang sesungguhnya tak pernah dilepaskan. Sesuatu yang tak pernah ditinggalkan. Dan aku belajar. Mungkin itulah sebabnya tuak dan whiskey, pistachio dan tojin, pualam dan rotan, akan menjadi seperti bantal kapas dan bantal bulu.
Semerbak aroma itu mengembalikan kesadaran bahwa kini kami hidup di masa kini. Jauh dari masa lalu yang sesungguhnya tak pernah sungguh kami tinggalkan. Musim berubah. Tahun berganti. Sosok dan sorot mata mereka selalu mampu membuatku serasa kembali ke rumah. Bukan di masa lalu, tapi masa kini, dan masa depan. Juga, di masa-masa dalam mimpi-mimpiku.
Yang tak pernah berhenti…
=18dec11=

Thursday, October 13, 2011

Juwita, dan Si Sirik "KW 1" (part one)

Nama gue Febian.
Kalau dari nama, orang sering mengira gue laki-laki, oleh sebab itu gue lebih sering menyingkatnya menjadi Febi.
Waktu SMA, gue terkenal tomboy. Gue pernah ikut rapper dan semua orang mengira membernya semua laki-laki, padahal gue satu-satunya member perempuan di grup itu.

Sial memang. Gue paling kesal dengan bentuk badan gue. Udah pendek, kurus dan dada gue datar! Mana hidung gue pesek lagi! Suara gue juga fals, makanya gue nggak lama di grup rapper itu, karena gue merusak harmonisasi suara tim.

Keluarga gue? Huh, nggak kalah menyebalkan. Bokap gue kawin lagi. Nyokap gue yang cuma pegawai negeri, kerjaanya marah mulu di rumah. Pernah gue mau kabur aja, tapi nggak berani karena nggak modal. Akhirnya gue masuk diploma setelah SMA, daripada gue nggak kuliah.
Sambil kuliah singkat itu gue kerja, jadi kasir di mall dengan gaji UMR.
Sejauh ini, hidup bagi gue sangat menyebalkan.

Muka gue jutek. Kata orang, galak. Jadi orang pasti nggak suka lihat muka gue pada pandang pertama. Selain itu, kata orang, mulut gue kayak cumi, monyong dan gede. Ditambah suara gue yang cempreng dan kencang, gue sering disebut "PETASAN CABE". Gue nggak ngerasa tuh suara gue kencang, orang aja yang kupingnya terlalu sensitif. Eh, suatu saat ada yang bilang, suara gue kenceng karena kuping gue rada budek. Iya juga sih. Gue kan paling anti ngorek kuping. Gue paling anti pake cutton buds, bodo amat.

Gue nggak punya teman dekat. Sahabat juga kagak. Pacar, apalagi.
Gue heran, gue suka banget ngeliat cewek cakep. Gue sempet kuatir jangan-jangan gue lesbi, tapi ternyata enggak, setelah gue suatu kali, akhirnya jatuh cinta, tergila-gila sama seorang cowok.

Dan sialnya, si cowok itu ternyata player. Dia nggak suka ama gue. Dia cuma taruhan ama teman-temannya kalo dia bisa dengan mudah menggaet gue, dan dia menang taruhan dengan sukses.
Setelah sekali kencan, dia nembak, gue langsung mau jadi pacarnya. Habis itu dia nggak pernah lagi nemuin gue, nggak pernah hubungin dan menghindari gue terus. Kurang ajar, emang!

Akhirnya gue keterima jadi resepsionis di sebuah perusahaan asing. Lumayanlah. Belakangan gue baru tahu, gue diterima karena ternyata boss di situ suka main perempuan dan selalu main dengan para resepsionis sebelumnya. Maka untuk menghindari affair seperti ini, sengaja dicari resepsionis yang tidak cantik, yang tentu saja tidak sesuai dengan selera Boss ganjen tadi.

Yah, sial juga. Tapi nggak apalah. Daripada gue jadi kasir, masih lebih elit dikitlah jadi resepsionis, di perusahaan asing, pula. Walau kerjanya cuma terima telpon, tamu dan bikin minum.

Trus, di kantor itu, gue ketemu nih orang.
Dia bagian HR yang merekrut gue.
Orangnya sepertinya galak, dan gayanya bagi gue sih membosankan, terlalu kaku, eh suatu kali pakai baju keren, gue kaget. Dan gue jujur aja, jadi sirik banget. Baju itu mahal dan unik, kayaknya beli di butik. Sialan, bisa juga nih orang bergaya dan mengalahkan style semua orang di kantor! Padahal gue udah ngerasa gue paling gaya dan modis walaupun baju-baju gue adalah hasil diskonan atau minjem dari adik gue.

So, bukan cuma Superman yang bisa KW 1 (baca http://id.berita.yahoo.com/foto/superman-kw-1-dari-filipina-1318474330-slideshow/), tapi tokoh majalah anak jaman dulu juga bisa. Ingat Juwita dan si Sirik di majalah Bobo? Nah, mungkin gue lah KW 1 nya si Sirik itu.
Iya iyalaaaaaaaaaaah... secara gue kan nggak bisa lihat orang lain sedikit lebih bagus dari gue. Sirik itu biasa. Namanya juga wanita.

Suatu kali, gue nggak mau dong kalah gaya, gue ngikutin gaya seorang seleb. Gue gaya begini, menurut gue sih keren, dan gue pengen pamer di kantor.
Eh, gak taunya, pas di kantor, begitu ngeliat gue, orang pada melotot, trus di belakang gue mereka rupanya pada ngetawain gue, ada yang bilang, katanya gue mirip Aladin, celana gantung dan gembrong gue yang warnanya mirip seragam tukang yakult itu katanya cocoknya dipake kalo ada pesta kostum, ata lagi halloween...
Sialan… pada nggak tahu mode ya?!

Tapi kan gue nggak peduli. Gue kan muka tembok, apalagi kuping gue agak budek. Gue nggak mau tahu tuh komentar para orang yang nggak ngerti mode. Cuih!


===to be continued===

Thursday, September 29, 2011

(GoVlog-Umum) lomba blog lucu draft

Artikel yang dimuat harus memenuhi unsur 5 W yakni What, Where, When, Who dan Why.
• Khusus untuk kategori umum dalam tulisan Blog harus memiliki salah satu keyword atau kata yakni: SMS, Telepon, BBM, Handphone, Smartphone, Internet, 3G, Facebook, Twitter, Email dan Android







Friday, September 2, 2011

"who is you?"

Pernahkah anda merasa menyesal karena merasa telah melakukan kebaikan kepada orang yang (anda anggap) tidak layak mendapatkannya? well, dont be.

gue pernah menulis itu di twitter gue. Jangan menyesal telah berkorban untuk orang yang tak layak mendapatkannya.
tidak layak?
kenapa?

ada seorang teman yang suka merusak grammar english dengan sengaja.
kalau mau bilang 'who are you', dia bilang WHO IS YOU?! tentu hanya bercanda.
pernah sekali ada teman baru yang protes dengan serius akan grammar itu dan kita2 yang sudah pada tahu bahwa teman itu suka bercanda, tentu membela dia dan makin membuat si teman baru sengit. APAAN, YANG BENER TUH 'WHO ARE YOU", bukan WHO IS YOU, kata dia. kita udah pada mau ngakak,...

Ngerti sih kita kalo dia baru lulus kuliahan dan idealismenya masih sangat melekat, dan dia tdk tahu kalau kita memang suka bercanda dan mengacau bahasa just for fun. and guess, sampai sekarang pasti dia belum tahu bahwa hal itu hanya bercanda sebab dia tidak pernah ketemu kita lagi, dan secara iseng kita pernah ngomong-omong soal dia dan kita iseng menebak, bahwa kalau dia ceritain tentang kita ke org lain pasti kita semua dibilang bodoh karena bahasa inggris yang basic dan sepele gitu aja kita salah, hahahaaaaa...

nah kembali ke soal tadi.
i was thinking about this matter for so long. its not easy to take when you sacrifice for someone and she doesn't even grateful, and you finally think that she doesnt deserve it, then you feel regret...

its just like giving your life for someone who's planning to kill you. like, to die for someone who's poisoning you...

tapi memang begitulah hidup. kadang gue berpikir, semakin berat masalah, itu akan semakin mendewasakan. semakin sakit perbuatan orang pada kita, semakin kuat kita dibuatnya. tapi siapa yang mau merasa sakit? siapa yang sudi menerima masalah? siapa? siapa? tak uk-uk ya, ya nggak sih? siapa sudi menelan empedu jika rasa gula lebih enak? siapa sudi merasa sakit jika yang enak-enak lebih nikmat?

tapi, ujianlah yang mengetes seberapa pintar kita di sekolah. lomba-lah yang menunjukkan kita peringkat berapa. masalahlah yang menentukan score kepribadian kita.
kalau tidak merasakan pahitnya empedu, mungkin kita tak tahu betapa nikmatnya manis gula. (well, gak tau juga sih ya, sebab walaupun pernah gak sengaja makan empedu, gue nggak terlalu ngefans ama gula hehehe).

balikkan pertanyaan tadi. kenapa kita harus merasa menyesal melakukan kebaikan pada orang lain? even though she is sooooo undeserve to have it? why?
why in the world at the first place we sarcrifice for her? bela-belain amat? kenapa? kenapa?

kau tak mungkin melakukan pengorbanan jika kau tidak care, dont you?
kau pasti melakukan itu karena kasih, walau mungkin jenisnya beda.
nah ini dia, motif. motif apakah yang membuat kita bisa melakukan hal yang terlalu baik pada orang lain????

bisa jadi kita tulus, (1) care ama dia karena mungkin kita anggap dia teman baik. kita mau bantu teman baik, itu natural, kan? atau, (2) karena kasihan, sebab dia mungkin sangat menghiba dengan akting yang bisa masuk jadi pemain teater. atau, bisa saja (3) karena memang kita ada 'hidden agenda' dalam melakukan kebaikan itu.

untuk yang ketiga, kalau mau jujur, sering terjadi. kita butuh sesuatu yang besar dari seseorang sehingga kita rela melakukan sesuatu yang besar buat dia. fair kan? fifty-fifty kan?

nah. mari kita simak satu-satu.
alasan pertama. karena care sama teman. mungkinkah teman mengkhianati kitaaa?
woowww, klasik bener.
jawabannya: mungkin bangeeeeeeeeeeeeeettt!
bukan kisah baru lagi. sejak jaman adam dan hawa itu sudah terjadi, sodara-sodara!
jadi, kita salah pilih teman dong? salah berkorban dong? tunggu dulu...

alasan kedua.
kita kasihan. well, check this out. jadi pelajaran berharga di kemudian hari. be more kritis dan bijak dalam menilai orang sebab memang banyak yang suka memanfaatkan dan bahkan mungkin teralahir dengan bakat luar biasa memanfaatkan dan menghancurkan orang lain, walau kita baru kenal bisa saja kita tertipu. be alert.
apalagi kalao dia punya ilmu 'hitam', wah hati-hati, dalam kelas terendah mungkin bisa dia bisa menghipnotis anda, hiiiiiiiiiiiiiiiii...

alasan ketiga,...
oke, oke. ini manusiawi banget. kita hanya manusia terbuat dari debu. kita semua matre dengan kadar yang berbeda sebab memang hidup memaksa kita untuk matre. mana bisa hidup tanpa materi, jadilah kita berusaha mendapatkan materi dengan segala cara walau harus barter, baik itu barter pengorbanan atau barter perasaan.

nah, setelah gue pikir2, memang menyakitkan jika kita mengalami kasus nomor 1. agak sakit jika mengalami nomor 2 (agak sakit tapi juga sakit banget, agak saya bilang karena ini tidak melibatkan perasaan care, karena bukan heart relation seperti nomor 1 yang dua-duanya, baik perasaan dan materi juga terzalimi hehee). nah yang nomor 3, ini sih menurut saya mestinya lebih mudah kita terima kalau kita jujur dengan perasaan kita, bahwa pada dasarnya semua itu hanya karena kepentingan. setelah kepentingan selesai, bisnis juga selesai, kalau pihak kedua kabur dan merugikan kita, lupakan saja sebab kita tak ada relasi lain yg matter lagi dengannya.

jadi ingat pernah ada yg bilang, selain perubahan, hanya kepentingan lah yang abadi.
hari ini kita bisa berkata si A sangat baik, besok bisa jadi si A akan sangat menyebalkan. hari ini kita bisa anggap si B so fool, tapi mungkin besok kita akan bilang: I love you fool, eh i love you full! hehehe...

nah kembali ke soal tidak layak.
kenapa kita merasa dia tidak layak menerima kebaikan kita padahal kita sudah terlanjur melakukannya dan kitalah juga yang telah dengan bodohnya melakukannya, lalu siapa yang mau disalahkan? siapa suruh? kenapa mau? salah siapa?

kembali tilik ke tiga motif di atas.
apa sih layak itu? standar siapa sih?
renungkanlah, kalau memang dia tidak layak, atau kita anggap tidak layak, kita adalah such a fool.

kenapa? sebab actually we all are human, all sinner and pathetic creature that saved by grace alone. we are all undeserve God's love. we are all the same in front of God.
so, who are you to judge people, layak atau tidaknya? who are you? eh salah, kalo kata teman saya, yang benar adalaH:
who is you?

who is you?

:)

Wednesday, August 31, 2011

Episode Paling Mengharukan

http://www.youtube.com/watch?v=aDeRZ4b7v68

Serial NCIS berjudul Dead Man Walking ini nggak sengaja tiga kali gue tonton (pas libur lebaran) dan tiga kalinya gue berkaca-kaca. Sampai gue search siapa nama asli tokoh Lt. Roy yang bikin Ziva jatuh cinta sekejap itu.

Terus nih, gue google semua video yg ngelink dengan film itu.
Bagian akhir kisah itu bikin gue mewek...

Gue sangat tersentuh. A very touching story, sampe gue masukin ke blog ini, hehehe...
Ini adalah episode terbaik di serial NCIS buat gue.
Ziva memang keren. Hot and smart!
Somehow gue ngerasa dia yang terbaik di film itu...

Monday, August 22, 2011

Belajar menulis puisi (lagi)

1.
kasih yang mendalam
kasih telah berakar
bagaikan kota yang tinggal puing
tetap bersisa
walau hanya debu

2.
ketika kapal mulai tenggelam
terungkaplah keunggulan palsu Titanic
dan kau melambai
meninggalkan banyak hal pada masa lalu
termasuk dia
perempuan paling cantik di jagat
bagimu
rupanya dia memuakkan dunia
sebagai badut
makhluk tanpa cinta
yang menyenandungkan ayat patriotisme
palsu
terlalu banyak imajinasi

3.
kau merasa
di sini tak seperti rumah sendiri
harapan yang lebih rendah kau pertaruhkan
kisah kepahlawanan tak seindah legenda
ketika kau sadar
cinta menjadi setan jika dipertuhan
kau menolak puisi
dulu kau percaya
cinta melatih otot-otot nurani
seperti perempuan merawat mainan
walau tak berguna
hanya menghabiskan waktu

teringat sebuah gereja kecil
kenangan memalingkan muka
sebuah ladang di pagi hari
mengingatkanmu
bahwa setan tak pernah menepati janji
awal dan akhir yang tak terlupakan
lalu kau meratapi masa lalu
berdoa pagi sekali
menaruh harapan setinggi langit
bagai seorang penyair
merindu bunga
mencoba menikmati udara bebas
di awal musim semi

kau ingin lupa
alam tanpa belas kasih
kesuraman
kau bertanya
arti kemuliaan
misteri
kau memandang dan menahan nafas
keindahan yang luar biasa
waktu demi waktu
beberapa detik
tentang kita
dan kau putuskan
tak ada yang permanen
kebutuhan berubah
dunia menawarkan aneka
warna
ukuran
arti
dan tubuh manusia
berdosa
satu sloki minuman keras
untuk bertahan seumur hidup?
kebutuhan berakhir di dunia
hilang
surut
lepas
lepaskah kau?
lepas dari bahaya?
berserulah tolong
dan terjawab oleh
anggur merah
indra terpuaskan

udara di luar sangat dingin
jika menjelang ajal
aroma sedih tercium
kau teringat kebun kacang
kenangan berganti
kau membandingkan
air dan kehausan
secangkir kopi
segelas bir
aroma kebun kacang
lagi
sebotol anggur
dan semuanya hilang.

Sunday, August 14, 2011

Little Keraton Boy






so, waktu ke keraton yogya kemaren, kita semua terkesima ngeliat anak kecil di keraton dengan penampilan pakaian keraton seperti gambar di atas. senyum anak itu lucu banget pula, maka berebutanlah turis motoin dia, termasuk gue, hehee...

Lucu banget kan, that little keraton boy?
Hehehe...

Sunday, July 31, 2011

Breakfast in Yogya



Kota ini selalu mengingatkanku akan dua lagu.
satu lagunya KLA, satu lagi lagu Ebiet.

..di sini aku dilahirkan... di sini aku dibesarkan.. semangatku... keyakinanku pun terbentuk... masihkah debu jalanan mengiringi langkahku... setiap sudutmu menyimpan...derapku...
yogyakarta...

Yogya memang bukan kota kelahiran atau kebesaran gue, tapi nggak tahu, gue punya interest yang tinggi akan kota yang satu ini.

gudeg, becak, candi, istana, batik, mungkin memang bagian dari daya pikatnya.
gue malah terpikir untuk bikin buku dengan judul "Breakfast in Yogya",
well, someday, why not? (:

selama 4 hari minus di sana bulan juni kemarin, belum cukup puas bagi gue untuk explore. well, may be next time, will be there again.

dan mungkin saat itu gue akan bernyanyi... ala KLA,

...pulang ke kotamu...
ada setangkup haruku dalam rindu..
masih seperti dulu..
setiap sudut menyapaku bersahabat..
penuh selaksa makna...

Kejujuran?

Talking ‘bout kejujuran,…

So, kenapa gue suka banget kumpul sama sohib2 dekat gue, salah satunya adalah, karena kalo kita ngumpul, semua cerita bisa terasa jadi kocak dan ada hikmahnya, dan bukan jadi gossip cetek yang hanya ngejelekin pihak lain. Yang tadinya itu kisah sedih dan tragedy pun bisa kita bahasa dengan rasa humor yang kacau-beliau, dan harusnya nangis, malah kita bisa ngakak2 lho…

Nah, topic kami waktu itu adalah, soal kejujuran.
Topiknya: Ada orang gayanya selangit, kayaknya sih lagi baju baru. Tapi, ya ampun maaak…
Mungkin buat dia ditu gaya, ngikutin trend, tapi… oh tapi… Itu, itu.. itu baju apa horden? Apa.. taplak meja? Kok rumbai2 gak jelas gitu? Wei, ini kan Jakarta, bukan di Hawaii atau di Afrika… hahaha…

Mau gaya sih boleh2 aja jek, tapi jangan terlalu nabrak lari dong. Apa dia memang punya obsesi ingin menjadi trend setter ya? Tapi mbok ya liat2 tempatnya dong nek…

Well, memang bukan urusan kita juga sih komen, kan baju- ya baju dia sendiri, cuman ya kita hanya melaporkan pandangan mata dan tanggapan nurani YANG SEJUJURNYA saja, hahaa.
Nah, gue tahu nih, kalo ada orang yang komen soal horden yang dia pakai itu, eh horden apa taplak tuh ya, hehee, tuh orang pasti nyelekit dan balas nyerang dan bilang: Aalaa, bilang aja loe sirik, dan gak tau fesyen!!!”

Dan kita pasti merasa menyesal telah mengungkapkan kejujuran. Sebenarnya maksud kita hanya ingin bilang, gini, “pliiss, loe lebih cakep dengan baju yang lebih down to earth, sebab loe posturnya gak mendukung.” Tapi kan kalimat terakhir juga kejujuran yang akan mengundang perang, walau sebenarnya kita hanya care. Hahahaha…

Well, well, kejujuran memang menyakitkan.
Anyway gue kagum aja tuh ama Simon Cowell, eks juri Amrik Idol. Sekalipun komen dia sering nyelekit dan bahkan terdengar sotoy dan sok perfect dan banyak yang sakit hati, gue sih tetap kagum ama dia.

Gue bayangin nih ya, kalo dia jadi juri untuk penampilan gue, komen dia akan kira-kira begini:
“Kulit udah item, muka jerawatan, pake baju gelap pula, bener2 merusak fashion!”
Wah, tapi kalo dia bilang gitu, gue akan terima dan akan segera memperbaiki diri gue. Gue percaya deh selera dia. Trus akan segera deh gue cari baju yang lebih soft dan matching di kulit.

Tapi, kalo yang ngomong gitu ke gue adalah orang yang pake taplak meja rumbai2 tadi, hohoho… gue akan bilang gini kale: TALK TO MY HAND, cong! (-;

Nah suatu kali ada beberapa org yg ngegosipin seseorang. Katanya tuh anak pake sepatu dan tas mahal dan kulitnya sekarang penuh perawatan karena sudah ada yang modalin. Wah, gossip nih.
Tapi, suer! Kalo nggak denger gossip itu, gue nggak akan pernah merhatiin anak itu. Nggak sengaja, gue jadi liat emang kulitnya makin mulus dan benar memang makin gaya deh.
Tapi, so what! Maksud gue, apapun yang dia lakukan dengan semua itu kan urusan dia, ngapain gue ikutan ngegosip. Toh memang dia keliatan keren dan penampilannya enak dilihat, so kenapa harus diomongin kesannya itu jelek? Justru kalo lihat ada improvement seperti itu, kita harus bisa ambil hikmah bahwa kita juga bisa terinspirasi untuk mempercantik diri dan merawat kulit (walau dengan cara yg halal ya). Nah, pas gue jawab begitu, gue malah jadi dianggap aneh dan disagree sama para gossiper tsb.

Well, pas gue inget2, ternyata org2 yg ngegosipin dia ini memang… well, tidak sebagus anak itulah, baik dari segi postur dan penampilan dan ‘having’nya. Pantes aja sirik, weleh weleh.

Kalo gue sih mendingan gue liat pemandangan bagus, keren dan mulus gitu karena enak dilihat daripada orang pake horden rumbai2 merusak pemandangan hahahaaaaaaaa. Selera memang subjektif ya. Tapi gue kan nggak berani nembak para gossiper itu kalau SEJUJURNYA mereka hanya sirik, hahahaha, bisa remuk-redam gue dikeroyok, hahaha…

Masih ada beberapa bentuk kejujuran lain yang kami bahas, dan jika kita langsung mengungkapkannya memang bisa jadi masalah. Kejujuran memang tak harus diungkapkan kali yaaa… what an ironic life.

Jadi ingat tokoh Brennan di serial tv BONES, sang ilmuwan hebat ahli tulang yang yang selalu to the point dan jujur kalo ngomong, jadinya bikin orang sakit hati dan menjauh kalo nggak kuat padahal maksud dia baik kok. Tapi dia hatinya emang jadi tenang karena tidak mendua hati alias munaroooohhhhhhh…

Lalu pembicaraan itu kami tutup dengan satu kesimpulan,
Ngapain sih kita ngomongin orang, biarin aja mereka berbuat sesuka hatinya, yang jelas kita bahagia, apapun yang orang lakukan, kita tak perlu merasa sirik sama orang yang kurang bahagia. Sebab orang yang sirik dan suka ngegosipin orang biasanya adalah orang yang tidak bisa jujur dengan dirinya dan tidak bahagia dengan apa yang dimilikinya.

Setuju?

Wednesday, July 6, 2011

MASKER


Awalnya, gue nggak betah banget pake masker.

Kalau bukan karena pilek atau naik bus umum, gue merasa nggak perlu pakai masker, karena sangat mengganggu pernafasan dan keleluasaan pandangan mata, hehehe…

Tapi sekarang, gue memakainya hampir tiap hari.
Bukan karena ingin menutupi hidung gue yang agak mancung ini, hehehe, tapi karena alas an lain.

So, the reason I wear this mask currently, because I’m sick of that smell.
Daripada gue komplain terus karena tersiksa oleh bau minyak “sinyongyong”, mendingan gue cover hidung gue sendiri. Iya nggak seeeh?

Well, mungkin memang begitulah analogi yang pas untuk hidup ini. Kita tak bisa mengubah orang lain, tak bisa mengubah system atau mengubah dunia, tapi kita hanya bisa mengubah diri kita, paradigma dan pola pikir serta cara kerja/tindak-tanduk dan strategi kita.

So, now, further, I wear this mask, again, not only because of that smell any more. But, because I wanna cover my face, cover my lips and my expression, my sickness of the sucks! I don’t wanna show my real intention... The sucks is not the smell, actually. But, the person!
I can take the smell, but not the person! Thats the point.
So, I wear this mask to cover my feeling which can be shown by my face.
This is it, in Japanese, called tatemae. Mask. Masker, menjadi wujud konkrit tatemae.

Memang tidak nyaman. Tetap tidak nyaman pake masker!
Begitupun hidup. Terkadang kita harus siap tidak nyaman demi mengurangi ketidaknyamanan akan sesuatu hal. Untuk menghindari ketidaknyamanan level tinggi, kita hadapi ketidaknyaman level menengah.

Begitulah, hidup ini memang tak selalu nyaman.
Kita hanya berusaha menyamankan diri dan mencari cara-cara terbaik dari yang terburuk.

But still, I hate that smell.
Entah sampai kapan.
Gosh!
Sucks!

Sunday, July 3, 2011

Mimpi...di... Angkasa...













Mimpi itu...
Kali ini...
terlihat lebih nyata.
I saw the place...
feels so real.

Maybe, that’s because I saw the plane in the airport last week. Sejuta kenangan itu menghinggapi lagi. Sesuatu yang dulu kau lepaskan bukan karena keinginan, tapi karena keadaan, masih ingin kau rengkuh kembali, karena perpisahan yang dulu, bukan hal yang kau inginkan,..

Betapa inginnya aku kembali. Melayang di atas angkasa. Memandang awan putih, menatap langit biru, melepaskan gravitasi, mengitar pandang ke dunia di bawah sana, sejenak melupakan penat, dan tertidur lelap di antara lapisan ozon…

Ini bukan kisah cinta romansa sesama insan manusia.
Ini adalah romansa terhadap benda mati yang jadi impianku sejak kecil. Sudah pernah kumiliki dan harus kulepas, tapi kenanganku bersama'nya' adalah romantika yang seolah tak pernah berakhir. Sejuta harapan masih menggebu dan tersimpan rapi dalam hati.

Willingly, I'll be yours again?
Akankah aku menjadi bagian dari dirimu lagi?

Hari ini aku meminta bantuan google untuk mengetahui keadaan'nya'.
And I dial wrong number found in the web.

Inikah yang disebut ragu? Galau? insecure?
Ibarat sekian lama kau tak bertemu dengan seseorang, lose contact, dan ketika kau mencoba contact lagi, kau merasakan dorongan yang tertahan dengan susah payah oleh alasan-alasan yang bahkan tidak kau mengerti?

I've been travelled, not round the world yet, but until now, I realize, I believe, I still hold on to you.

Do you feel the same too?
Will you fly me again, for the rest of my life?
Or shoould I stay here with my current one way ticket condition?

i dont know.
i dont know.
i just dont know.

Tuesday, June 21, 2011

"Malaikat berwujud Manusia"


Mari bicara soal kebaikan.
Di jaman yang makin aneh ini, menerima kebaikan orang kadang menjadi suatu hal yang langka dan mengherankan. Iya nggak seeeh?? (-;

Beberapa waktu lalu, di ruang tunggu sebuah klinik gue ngobrol-obrol dengan seorang ibu. Karena dia tahu setelah dari klinik gue akan pergi ke kantor lagi, gak gue sangka dia yang sudah pesan taksi, memberikan taksinya untuk gue pake duluan pulang dan dia memesan lagi, sebab katanya gue lebih perlu taksi itu drpd dia karena dia gak kerja. Luar biasa! Kami baru berkenalan dan dia bahkan belum tahu nama gue, tapi dia bisa sebaik itu memikirkan sesuatu yang gue aja nggak kepikiran (mesan taksi). Saat itu gue merasa takjub dan sangat kagum dan bersyukur sekali. Masih ada orang baik yang tulus di Jakarta ini, ya, pikir gue.

Kali yang lain, waktu di rumah sakit, ada seorang ibu yang bawa anaknya berobat tapi hampir mau pulang karena ternyata uangnya nggak cukup. Buru-buru seorang nenek -yang lagi antri juga- buka dompet dan kasih ke ibu itu. “Ambil aja, kapan-kapan ganti, ganpang, gak masalah,” kata si nenek baik hati ini. Dan gue yakin mereka nggak kenal each other. Si ibu itu menerima uang itu dengan agak sungkan tapi sangat bersyukur, dan itu bikin gue dlm hati jd agak malu, and think, kenapa bukan gue duluan yang buka dompet yak?!!!!

Trus, kapan lagi ya gue pernah ngalamin kebaikan orang yang nggak disangka-sangka?

Oh iya, dulu, waktu masih belum menikah dan tinggal di pondok gede, suatu kali angkot yang trayeknya ke arah rumah gue mogok semua, jadilah pulang kantor gue nunggu angkot dari jam 7 sampai hampir jam 10 malam, taksi pun penuh semua karena rebutan dgn penumpang lain, ojek juga habis, dan setelah jalan kaki hampir 30 menit, melintaslah sebuah metromini dan mengangkut kita semua. Dan, tidak disangka, si kenek metro ini nggak minta bayaran lho! Pas mau kita bayar, “Nggak usah, nggak usah!!!” kata supirnya. Itu sebabnya sejak saat itu gue nggak mau lagi ngomelin supir metromini sekalipun suka ngebut dan turunin penumpang di tengah jalan. Karena rupanya masih ada sebagian yang tidak terlalu mikirin untung sendiri. hehehee...

Oh ya, waktu mahasiswa, juga gue pernah merasa sangat berutang budi. Suatu kali di kampus, tiba-tiba di jam kuliah, gue mual dan langsung keluar ruangan, panik gak tau kemana, akhirnya menuju taman, dan muntah-muntah di sana. Dalam keadaan sendirian, lemas dan malu, tiba-tiba seorang 'malaikat' datang menolong gue. Malaikat itu berwujud manusia berstatus mahasiswi, seorang wanita muda dengan wajah keibuan dan berkerudung. Dengan sigap, lemah-lembut dan tulus, dia membawa gue ke asrama putri tempat dia tinggal. Di sana, gue dikasih makan, dikasih istirahat di tempat tidur dia dan sorenya setelah agak kuat, dia antar gue pulang ke kost an gue. Tas gue di ruangan kuliah juga dicarikannya. Meski beda keyakinan, dia menolong gue tanpa pamrih. Sejak saat itu gue makin kagum dan respek sama orang yang busananya sama dengan kelakuannya.

Sayang sekali gue nggak ingat siapa namanya dan telponnya, dan sekarang gue nyesal nggak mencatatnya. Such an angel!

Masih ada contoh lain, tapi lagi lupa, ntar gue inget2 lagi dulu yeeee…

Terima kasih untuk semua malaikat dalam hidup kita, yang mengingatkan kita, walau dunia ini makin bobrok, masih ada kebaikan yang bisa menginspirasi kita untuk melakukan hal yang sama…

…to a better world to live in.